Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembodohan Siswa Bersumber dari Gedung Pendidikan

Gedung Pendidikan
Sumber gambar : iNews.id
Pembodohan Siswa Bersumber dari Gedung Pendidikan - Langsung saja, Sekolah-sekolah dan gedung pendidikan yang ada saat ini tidak mengajarkan anak didiknya untuk pintar tetapi malah menyesatkan mereka hingga menjadi bodoh.

Hal ini terjadi karena anak didik tersebut dijauhkan dari bakat alamiah yang sudah Tuhan takdirkan padanya.

Setiap orang itu memiliki bakat yang spesifik dan unik sekaligus berbeda antara manusia satu dengan yang lain.

Sekolah dan gedung pendidikan lainnya saat ini lebih fokus memposisikan anak didiknya dengan cukup duduk diam dan dicekoki pelajaran-pelajaran yang tidak ia butuhkan di masa depan.

Pembodohan Siswa Bersumber dari Gedung Pendidikan

Mari kita buat asumsi, Semisal Christiano Ronaldo lahir di Indonesia, apakah ia membutuhkan pelajaran yang diajarkan di sekolahan saat ini? Apakah ia butuh pelajaran kimia, fisika, matematika, geografi, sosiologi dan semacamnya?

Jika Christiano Ronaldo lahir dan besar di Indonesia, pasti keluarga dan lingkungannya sangat membatasi dia untuk bermain bola, padahal bermain bola adalah bakat dan minat yang ia senangi.

Bahkan para anggota keluarga pasti lebih menekankan padanya agar mendahulukan mengerjakan PR dan mengulang materi pelajaran yang diajarkan di sekolah, padahal itu bukan bakat dan minat yang ia senangi.

Akibatnya, si anak tidak akan menguasai pelajaran-pelajaran seperti matematika dan pelajaran lainnya, karena dia memang tidak menyukai dan bukan bakatnya disitu.

Sekaligus ia harus kehilangan bakat dan minatnya yang ia senangi dari dulu, karena sekolahan lebih fokus mencekoki dia dengan pelajaran-pelajaran umum, serta mengabaikan bakat para siswa tersebut.

Sehingga saat besar nanti, si anak akan kebingungan mau berbuat apa dan mau kerja dimana, yang diakibatkan oleh sistem pendidikan yang membodohkan.

Jadi, secara tidak langsung sistem pendidikan yang dianut oleh sekolah-sekolah dan gedung pendidikan lainnya adalah suatu sistem pembodohan yang formal dalam menghancurkan masa depan anak bangsa.

Andaikan gedung pendidikan dengan pedoman kurikulum benar-benar memfasilitasi bakat yang dimiliki siswanya secara serius, pasti ia akan mudah untuk berkarya di masa depan dengan bekerja di satu bidang yang sudah menjadi bakat dan keahliannya.

Sehingga dari bakatnya tersebut dia bisa mendapatkan keuntungan sekaligus bekerja dengan bahagia karena ia bergelut dengan apa yang ia senangi.

Karena pada dasarnya, pekerjaan yang paling ideal itu bukan pekerjaan yang paling banyak mendatangkan keuntungan, tetapi pekerjaan yang paling banyak memberikan kebahagiaan.

Bukti Psikologis

1. Fenomena Jam Kosong

Saat anak sudah berkembang dan mulai menginjak usia pendidikan setingkat SMP sampai SMA, mereka lebih merindukan jam kosong, karena mereka sudah bosan dengan materi pelajaran yang memang bukan bakat dan minatnya mereka.

Sehingga, apa yang bisa diharapkan dari mereka para generasi bangsa ini, kalau dari kecil mereka sudah dihancurkan.

2. Kecanduan Sepak Bola

Jika kita menonton sepak bola luar negeri, Liga di kawasan Eropa misalnya. Mayoritas penontonnya adalah dari kaum bapak-bapak sekaligus orang-orang tua.

Berbeda dengan di Indonesia, pecandu sepak bola justru datang dari kalangan remaja dan anak-anak muda.

Kenapa bisa demikian? Karena orang yang kecanduan sepak bola adalah orang-orang yang memiliki tingkat tekanan dan setres yang berlebihan.

Kaum bapak-bapak di luar negeri pergi menonton sepak bola karena ingin menghilangkan depresinya yang disebabkan oleh beban pekerjaan mereka.

Sedangkan remaja dan anak-anak muda Indonesia kecanduan sepak bola karena mereka ingin mencari pelampiasan atas tekanan yang mereka alami di dunia pendidikan.

Faktor Keahlian dan Kompetensi Para Guru

Jika kita mengamati kenyataan saat ini, kenapa para guru digaji dengan sangat rendah dan murah? Ya jelas, karena para guru tidak memiliki kompetensi dan keahlian.

Seharusnya pemerintah terkait, lebih memperhatikan kualitas para guru dengan mengadakan pelatihan-pelatihan sesuai kompetensi para guru, jangan mengalihkan semuanya pada penyusunan RPP yang tak berguna itu.

Logikanya seperti ini, seorang pilot apakah bisa menjadi guru? Atau sebaliknya, seorang guru bisa tidak menjadi pilot?

Atau, bisakah seorang dokter menjadi guru? Dan sebaliknya, seorang guru bisakah menjadi dokter?
Yang jelas pilot dan dokter sangat bisa menjadi guru, karena mereka memiliki pengetahuan sekaligus kompetensi dan keahlian.

Berbeda dengan para guru yang hanya hidup dengan teori-teori tanpa pernah menjalani pelatihan-pelatihan.

Maka jangan heran, kalau gaji pilot dan gaji dokter jauh lebih tinggi dari gaji para guru, hal ini karena para dokter dan pilot memilliki kompetensi dan keahlian, sedangkan para guru tidak!

Jadi, kualitas seorang guru sangat menentukan terhadap kuliatas para anak didiknya. Jika banyak para siswa sepulang sekolah langsung turun jalan, tauran dan semacamnya. Harusnya kita mengevaluasi diri, mereka mendapatkan pendidikan apa di sekolah? atau jangan-jangan, mereka tidak mendapatkan pendidikan apa-apa di sekolah?.

Demikian ulasan mengenai Pembodohan Siswa Bersumber dari Gedung Pendidikan, semoga ulasan diatas bisa menjadi bahan evaluasi bersama, sehingga kurikulum dan sistem pendidikan yang tepat bisa segera terpenuhi di dunia pendidikan kita, agar nantinya bisa tercipta generasi berkualitas yang bisa menjadi jawaban atas kerinduan kita selama ini tentang lahirnya generasi yang bisa diandalkan.

Posting Komentar untuk "Pembodohan Siswa Bersumber dari Gedung Pendidikan"